Tak bisa dipungkiri bahwa media komunikasi merupakan sebuah alat yang baik untuk menciptakan suatu keadaan. Media-media komunikasi tersebut mampu mempengaruhi dan kemudian mengendalikan pikiran banyak orang. Salah satunya adalah kotak bergambar atau sering disebut televisi atau disingkat TV begitu saja.
Sejak diperkenalkan di Indonesia, media televisi ini mengalami perkembangan yang sangat pesat, dari awal yang berupa dua warna saja, kini telah banyak televisi-televisi 3D. Dahulu yang tebal, kacanya cembung seperti mata melotot, kini telah bertransformasi menjadi sangat tipis. Dari segi penyiaran juga sama, banyak stasiun-stasiun televisi swasta yang bermunculan dengan acara unggulan masing-masing.
Akan tetapi, banyak dari acara-acara tersebut yang kurang memperhatikan dengan seksama mengenai efek dari acara tersebut. Sebagai contoh, acara-acara mistis memang disukai penonton karena mampu menyajikan sensasi yang berbeda, namun menjadi bumerang ketika secara tidak langsung acara tersebut menyerang suatu suku. Dalam hal ini yang paling sering dipojokkan dalam berbagai film-film atau acara-acara mistis adalah suku Jawa.
Sebagai contoh, sebuah acara (acara baru) di salah satu stasiun televisi swasta yang berjudul “Petualangan Keramat”. Dari judulnya sudah terlihat apa yang dikemas dalam acara tersebut, pasti tidak jauh-jauh dari dunia mistis. Akan tetapi, yang membuat dahi berkerut adalah judul acara tersebut. Memang tidak ada yang salah, hanya saja saat acara tersebut berlangsung, dua huruf dalam judul tersebut diganti dengan dua simbol yang identik dengan kebudayaan Jawa. Simbol-simbol tersebut adalah Gunungan (dalam pewayangan, berbentuk seperti gunung) dan Keris (Keris memang bukan milik suku Jawa saja, tetapi dalam acara tersebut jelas bahwa keris yang digunakan untuk menggantikan huruf “T” adalah Keris gaya Jawa).
Sebenarnya apa maksud semua itu? Apakah itu disengaja atau hanya ingin terlihat keren (atau seram)? Dengan melihat dua buah simbol tersebut, penonton akan langsung dibawa dalam pandangan bahwa Jawa, adalah sesuatu yang mistis. Dengan begitu, orang Jawa sekalipun akan menganggap bahwa budayanya adalah budaya mistis dan gelap.
Contoh lain, sebuah film layar lebar yang beberapa waktu lalu dirilis. Dalam film tersebut penonton diberi sebuah infiltrasi bahwa tembang macapat dapat digunakan untuk memanggil hantu. Apa dasar dari semua itu? Tembang macapat adalah karangan para Wali Songo yang digunakan untuk berdakwah di tanah Jawa, sebelum akhirnya agama Islam berkembang dengan pesat. Sekali lagi, orang Jawa yang kurang pemahaman akan budayanya sendiri mungkin percaya, dan itu sangat menyakitkan.
Itulah, media televisi yang mempunyai pengaruh begitu kuat di negara ini. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk melawan adalah disamping pemerintah yang lebih tanggap dalam menyeleksi acara-acara televisi, juga sudah saatnya para generasi muda Jawa kembali ke budaya Jawa. Jangan belajar kebudayaan orang lain sebelum belajar kebudayaan sendiri.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
..pliss, mbah..pliss..
ReplyDelete..stop posting..
.aku iri kronis ki..
ironis pie?
ReplyDeletehahah, wong yo sak nulis-nulise...
..ironis?? kronis kalekk..
ReplyDelete..hemm..
..ayo gawe buku ae mbah, tapi sastra..
..ojo filsafat..
tenanan ora?
ReplyDeletemanut...
..tenanan ki..
ReplyDelete..yakin, aku ya wis mulai riset..
..lagi karakter'e tapi, durung setting'e..
Hi great rreading your blog
ReplyDelete