Rasa-rasanya
tidak ada negara lain di dunia ini yang sekompleks dan selengkap Indonesia.
Terdiri atas beberapa suku bangsa yang kemudian menyatu menjadi Indonesia,
negara ini pantas bangga, karena tidak ada dominasi antara satu suku atas suku
lain. Semuanya sama. Jika kita lihat Amerika yang sekarang misalnya, Suku
Indian malah menjadi minoritas di tanahnya. Hal yang sama juga dialami oleh
Suku Aborigin. Inca, Maya, malah lebih parah. Indonesia beruntung. Tidak ada
dominasi satu suku, selain beberapa catatan-catatan di masa lalu. Belanda dan
Jepang yang menjajah Indonesia juga tidak mampu melenyapkan suku-suku asli
Indonesia, sementara Cortez dan Pizarro berhasil menyingkirkan Inca dan Maya
dari tanah mereka sendiri. Sekali lagi, Indonesia patut berbangga dengan hal
itu.
Terlepas
dari hal-hal di atas, sebenarnya tantangan bangsa Indonesia saat ini ada pada
hal-hal yang sebenarnya ringan. Beberapa tahun lalu, sebelum demam K-Pop
seperti sekarang ini, masyarakat Indonesia tergila-gila dengan segala sesuatu
yang berbau Amerika. Mulai dari musik sampai mode pakaian. Sementara sekitar
dua tahun belakangan ini, masyarakat Indonesia khususnya kaum muda mulai
tergila-gila dengan budaya Korea. Uniknya, meskipun Korea terbagi atas dua
wilayah, Utara dan Selatan, hanya Korea Selatan yang mempunyai banyak penggila
di Indonesia.
Namun
seperti pepatah, “sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit”, hal ini akan
berbahaya jika kaum muda malah lebih menyukai kebudayaan Korea (khususnya), atau
kebudayaan asing (umumnya), daripada kebudayaan Indonesia. Kemudian yang
menjadi pertanyaan adalah, kebudayaan Indonesia itu yang seperti apa?
Seperti
yang telah diuraikan di atas bahwa Indonesia terbentuk dari beberapa suku
bangsa yang tersebar di wilayah Nusantara dari Sabang sampai Merauke. Lantas,
apakah kemudian kebudayaan Indonesia adalah gabungan kebudayaan-kebudayaan dari
suku-suku bangsa tersebut? Lain halnya dengan kebudayaan jawa, misalnya, atau
kebudayaan sunda, bali, ataupun dayak. Kebudayan-kebudayaan tersebut dapat
dilihat dengan jelas. Jika kata Gus Dur, kaum muda Indonesia harus
mengapresiasi karya sastra Indonesia, hal itu (sastra Indonesia) sedikit lebih dapat
dipahami daripada kebudayaan Indonesia. Apakah kebudayaan Indonesia itu adalah
kebudayaan yang mengadopsi kesantunan Jawa, Sunda, Dayak, atau Bali, kemudian
dikombinasikan dengan ketegasan dari Batak, dan dicampur lagi dengan semangat
dari Sulawesi, dan juga kekuatan adaptasi yang luar biasa dari Papua? Itu baru
segelintir suku, belum semuanya. Itulah Indonesia.
Mungkin
sebenarnya kaum muda Indonesia merasa bingung harus bersikap seperti apa.
Karena ketika mereka ingin bersikap sebagaimana sukunya, akan dianggap
ketinggalan jaman, jadul, kuno, dan sebutan-sebutan yang cukup merendahkan
lainnya. Sementara dengan kebudayaan Indonesia, saat ini tidak ada tokoh yang
bisa dijadikan contoh dalam berperilaku “Indonesia”. Wakil rakyat bahkan telah
bertingkah laku yang agaknya bukan perilaku dari wilayah Indonesia. Maka,
ketika pemerintah meminta kaum muda agar tidak melupakan budaya bangsa sendiri,
tampaknya mereka harus berkaca terlebih dahulu kemudian memberi contoh bagaimana
berperilaku “Indonesia” agar kaum muda mempunyai figur yang bisa dicontoh.
Maka
ketika kaum muda berperilaku sesuai dengan asalnya (suku aslinya), entah dari
suku mana, sebenarnya pada suatu titik mereka akan bertemu dalam sebuah tempat
yang di situ bersemayam kebudayaan yang benar-benar “Indonesia”, karena
Indonesia terbentuk dari saripati kebudayaan-kebudayaan yang telah ada
sebelumnya, dan itulah yang membentuk kebudayaan Indonesia harus seperti apa. Dan
tahun ini, menurut para penghayat kepercayaan, merupakan titik balik Indonesia
menuju ke arah yang lebih baik.
Bahwa
sebutan-sebutan jadul, kuno, tak gaul, atau apapun yang ditujukan pada
kebudayaan-kebudayaan pembentuk bangsa Indonesia, adalah tak benar. Ketika
banyak orang-orang pandai yang menuntut ilmu ke luar negeri kemudian
berperilaku seperti negara luar negeri tersebut, dan penggemar-penggemar
kebudayaan luar negeri yang menyebutkan hal itu, tak usah dihiraukan. Indonesia
adalah Indonesia, tak peduli berjuta-juta penggemar kebudayaan luar negeri ada
di Indonesia, negeri ini tak akan hilang begitu saja, karena
kebudayaan-kebudayaan asli Indonesia masih berdiri di garis depan, sekaligus
membentuk dan melindungi Kebudayaan Indonesia.
Wilujeng
wilujeng wilujeng
Kuat
kuat kuat
0 comments:
Post a Comment