Sejak
beberapa waktu terakhir komedi tunggal yang sering disebut stand-up comedy mendapat tempat istimewa di hati para penikmat
komedi Indonesia. Stand-up comedy
dianggap sebagai acara komedi yang cerdas, dan menawarkan hal yang berbeda dari
komedi-komedi yang selama ini laris di Indonesia: grup lawak dengan bintang
tamu artis yang menjual cemoohan tentang penampilan fisik sebagai bahan
candaan. Berbeda dengan itu, stand-up
comedy mengangkat tema-tema sederhana sampai tema sulit yang kemudian
dikemas dalam pertunjukkan tunggal satu orang. Kesulitannya tentu saja comic (sebutan bagi para pelaku stand-up comedy), harus mampu mengolah
tema menjadi materi yang menghibur.
Konon,
stand-up comedy ini bermula dari
daratan Amerika (seperti berbagai hal lain yang mengikuti tren dari Amerika),
yang kemudian menjadi sebuah tren di Indonesia, yang berawal dari kafe-kafe. Di
Amerika, materi-materi yang digunakan untuk stand-up
comedy sangat bebas, mulai dari hal yang ringan, sampai permasalahan suku,
agama, dan ras. Berbeda dengan di Indonesia yang (masih) menghargai perbedaan
hal-hal tersebut.
Jika
diamati, sebenarnya stand-up comedy
bisa dibilang telah ada sejak lama. Para penikmat komedi, khususnya Dagelan Mataram, pasti mengenal komedi
yang bisa dibilang mirip dengan stand-up
comedy. Pentolan Dagelan Mataram,
almarhum Basiyo adalah salah satu maestro di dunia perkomedian Indonesia. Guyonannya
sangat khas, sangat berbeda dengan komedi sekarang yang seperti dituliskan di
atas, menggunakan kekurangan fisik sebagai jualan utama. Kelompok Dagelan Mataram dipimpin oleh Basiyo,
Panggung, Ngabdul, dll. Ngabdul sampai saat ini masih meneruskan dagelan model
Mataraman ini di acara Pangkur Jenggleng
TVRI Yogyakarta.
Biasanya,
sebelum memasuki jalan cerita, ada seseorang yang berbicara sendirian yang
menceritakan sekilas tentang cerita yang akan ditampilkan. Hal ini mirip dengan
stand-up comedy yang mempunyai metode
yang sama dalam menyampaikan sebuah tema. Bedanya, dalam stand-up comedy, penonton sering diajak berinteraksi sementara
dalam Dagelan Mataram tidak. Keunggulan
Basiyo dalam setiap penampilannya adalah karena; menggunakan tata-krama berbahasa,
tidak ada kata-kata kotor dan kekerasan, dan tertib menurut plot (Prabowo, 2007:
37). Selain itu, Dagelan Mataram juga
menggunakan guyonan-guyonan khas daerah sebagai penguat jalan cerita.
Metode
ini sempat diteruskan oleh Srimulat yang sempat sukses, tetapi akhirnya kalah
dengan komedi-komedi modern seperti sekarang ini. Seorang pelawak muncul
seorang diri di awal pertunjukkan, biasanya nggrundel
(menggerutu), atau ngrasani
(membicarakan orang lain, biasanya majikan, atau orangtua). Biasanya omongan
pelawak seorang diri itu memancing tawa penonton, dan itu mirip dengan konsep stand-up comedy yang berdiri seorang
diri kemudian berbicara tentang apa saja selama masih dalam tema.
Melihat
hal itu, akan lebih membanggakan jika misalnya, disebutkan stand-up comedy Indonesia berawal dari Dagelan Mataram daripada menyebutkan stand-up comedy terinspirasi dari Amerika. Apapun itu, stand-up
comedy memang menawarkan sesuatu yang berbeda dengan acara komedi-komedi yang
telah terkenal sebelumnya di Indonesia.
Kalo soal kocak, lebih kocak kaya OVJ kaya gitu. Cuma kalo soal kreatif, lebih kreatif stand up comedy.
ReplyDeletetapi beberapa hal menurut saya OVJ mempunyai kesalahan2 yang menurut saya cukup mengganggu, karena itu sering..
ReplyDeleteyaitu ketika menampilkan lakon wayang..sering mereka memakai batik yang terbalik (yang di atas menjadi di bawah)..
selain itu tuntunan yang ada dalam lakon2 wayang itu sendiri menjadi hilang, karena adanya target harus membuat penonton tertawa..
yah, hanya pendapat pribadi, hehe
no offense just share