Sejak kemunculan teori Profesor Santos yang kemudian diterbitkan dalam bentuk buku dengan judul “Atlantis”, satu-persatu penelitian – baik oleh lembaga resmi ataupun penelitian sederhana oleh berbagai kalangan masyarakat – dilakukan untuk membuktikan kebenaran teori tersebut. Gunung-gunung dengan bentuk prisma lantas ramai-ramai dicurigai sebagai gundukan Piramida, yang mengundang berbagai spekulasi mengenai apa yang ada di balik gunung-gunung tersebut.
Belum tuntas penelitian tentang Piramida, kini muncul lagi sebuah buku, atau novel yang menurut penulisnya dikerjakan dengan observasi langsung, dan sempat dituliskan pula di pengantar buku tersebut bahwa penulis novel tersebut diikuti oleh “sosok” penunggu candi. Novel yang berjudul “Sukuh” tersebut menuliskan bahwa di Nusantara ini terdapat juga bangunan yang bernama Parthenon, sebuah bangunan di Athena yang mempunyai banyak tiang penyangga raksasa dan patung Dewi Athena di dalamnya. Wow…
Itupun belum seberapa, di sebuah laman blog yang cukup banyak mendapat respon, menuliskan bahwa masyarakat Nusantara berasal dari luar angkasa, dari sebuah planet yang ada di Galaksi Andromeda. Artinya, manusia Nusantara saat ini adalah keturunan dari makhluk ciptaan Tuhan yang awalnya ada di sebuah planet dari luar Galaksi Bima Sakti ini. Bahkan dituliskan pula bahwa hal tersebut mulanya berasal dari sebuah wawancara dengan makhluk astral (Jin, red). Hasil wawancara tersebut agak mengejutkan karena cukup detail, mencakup bangsa-bangsa atau ras-ras makhluk hidup yang mendiami planet-planet yang ada di luar Galaksi Bima Sakti. Wow…
Jika kemudian permasalahan tersebut dihubungkan dengan beberapa peristiwa yang pernah terjadi di masa lalu, seperti kemunculan dua makhluk hijau bermata biru dari sebuah pohon, yang menurut mereka, mereka berjalan mengikuti cahaya yang terbang di sebuah sungai hingga kemudian mereka sampai di Inggris. Atau seseorang yang “kembali” ke masa lalu dan terjebak di sebuah perang yang terjadi di masa lalu, pernyataan bahwa makhluk hidup saling terhubung (interkoneksi) adalah benar, dan salah satu bangsa yang mampu menggunakan teknologi interkoneksi tersebut adalah masyarakat Nusantara (contoh: “Puter Giling”).
Terlepas dari semua itu, masyarakat Nusantara mengalami kemunduran dalam hal kedalaman spiritualitas karena terjangan modernitas yang menawarkan segala hal yang instan. Jika spiritualitas lebih kepada proses, maka modernitas tak mengindahkan proses, langsung kepada hasil, sehingga banyak hal; siswa-siswi mencontek pada saat ulangan, korupsi di kalangan pejabat; merupakan hasil dari modernisasi. Sama juga dengan lebih dominannya norma daripada nilai, yang sering menyebabkan adanya friksi-friksi di tengah-tengah masyarakat. Dan mengenai masalah bahwa masyarakat Nusantara adalah keturunan makhluk dari luar angkasa, dipersilahkan persepsinya masing-masing, karena hal itu bukan untuk diperdebatkan.
0 comments:
Post a Comment