Tahun ini bulan Ramadhan sedikit berbeda, yaitu pada kebiasaan alam dimana tahun lalu bulan Ramadhan masuk pada sebuah masa yang oleh orang-orang lokal kita disebut "Mangsa Bedhidhing", yaitu sebuah masa dimana siang hari terasa sangat panas sementara malam harinya dingin menggigit. Hampir mirip dengan iklim gurun, tetapi Tuhan membuatnya lebih ramah untuk masyarakat Indonesia. Tetapi saat ini masa "bedhidhing" ini sedikit berbeda karena siang hari kadang hujan lebat sementara malam hari tetap dingin meskipun tidak sedingin "bedhidhing" sekitar 10 sampai 15 tahun lalu. Tetapi apapun itu, hujan tetap harus disyukuri sebagai karunia dan sedikit bantuan Tuhan untuk manusia agar tidak terlalu merasa haus ketika siang hari dikala sedang menjalankan ibadah puasa. Karena bagaimanapun, satu-satunya ibadah yang diklaim oleh Tuhan sebagai miliknya adalah puasa, kata Emha.
Yang biasanya terjadi adalah ketika anak-anak berisik ketika tarawih di mesjid, bahkan kadang beberapa yang kreatif suka menukar sandal sehingga ketika tarawih selesai para orang tua dituntut untuk lebih jeli agar tidak keliru mengenali jodoh kakinya. Sungguh hal tersebut dari lubuk hati paling dalam jangan sampai hilang. Bulan ramadhan adalah bulan yang unik, sebagaimana anak-anak yang juga unik. Saran untuk orang-orang tua, jangan selalu memarahi anak-anak ketika mereka mengucapkan "amin" yang sangat panjang disusul tawa cekikikan ketika imam selesai membaca Al-fatihah, karena hal-hal seperti itulah yang membuat kerinduan akan bulan ramadhan ketika bulan yang unik ini usai. Dan beruntunglah karena hanya di Indonesia hal-hal seperti itu bisa dijumpai.
Maka meskipun ramadhan di seluruh dunia sama, tetap ada perbedaan diantara semuanya. Seperti halnya poso di Indonesia, siam di Arab, dan fasting di Eropa atau Inggris. Mereka sama-sama menahan hawa nafsu, tetapi mempunyai perbedaan-perbedaan pada semangat, tradisi dan kebudayaan, dimana diantara ketiganya negara inilah yang paling unik.
0 comments:
Post a Comment