Apabila
mengunjungi Kraton Yogyakarta, dua ular naga yang ekornya saling melilit akan
menyambut para wisatawan tepat setelah pintu masuk. Naga tersebut merupakan candra sengkala berupa sengkalan memet, yang dibaca “Dwi Naga Rasa Tunggal” atau jika diubah
ke dalam angka menjadi angka tahun 1682. Tetapi ternyata ada makna lain yang
mengejutkan.
Dwi Naga
Rasa Tunggal bisa diartikan sebagai dua naga yang menjadi satu. Tetapi jika kata
itu dibaca dengan cara yang berbeda akan menghasilkan kata “Dwi Nagara Satunggal” atau dua negara
yang menyatu. Mengingatkan tentang Kraton Yogyakarta yang telah diakui
eksistensinya oleh dunia internasional bergabung dengan Negara Indonesia yang
baru saja mengumumkan kemerdekaannya.
Kemudian,
apakah Sultan HB I telah mengetahui masa depan kerajaan yang didirikannya itu? Mengingat
pada suatu peristiwa, Sultan HB IX yang mendapat “bisikan” untuk membuat suatu
keputusan besar yang akan mempengaruhi Indonesia ke depannya. Dan “bisikan”
tersebut benar adanya.
Jika benar
begitu, tampaknya kata Dwi Naga Rasa Tunggal bukan hanya tahun kelahiran Kraton
Yogyakarta, tetapi juga Dwi Nagara Satunggal, yaitu bergabungnya dua negara,
Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Bukan seperti itu, lebih tepatnya 2 negara (kasunanan dan kasultanan) tetapi tetap berasal dari 1, yaitu mataram islam
ReplyDelete