Friday, April 1, 2011

Kesalahpahaman Mengenai Syekh Siti Jenar, Ki Ageng Mangir, dan Asal Usul Nama Bantul

Sejarah adalah sesuatu yang samar, bahkan sampai saat ini baru sebagian kecil yang telah diketahui. Sejarah tersebut tersamar oleh legenda-legenda, cerita-cerita, ataupun dongeng yang berkembang di masyarakat. Cerita-cerita tutur tersebut mampu membentuk suatu pengertian atau pemahaman, tanpa diketahui benar atau salah. Akibatnya, legenda atau cerita tersebut mendarah daging ketika orangtua menceritakan pada anak-anaknya, ataupun guru kepada siswanya.
Di Indonesia sendiri terdapat beberapa legenda yang terkenal, seperti Malin Kundang, Legenda Roro Jonggrang, dll. Cerita-cerita tersebut mampu menghibur serta memberi pembelajaran pada masyarakat tentang hubungan antar sesama manusia. Meskipun begitu, dengan alur cerita seperti itu, akan sulit bagi masyarakat untuk mempelajari sejarah, kenyataan yang pernah terjadi.
Cerita-cerita tutur yang banyak berkembang di masyarakat kebanyakan sudah berbelok, artinya sudah jauh dari kisah sesungguhnya, dengan campur tangan beberapa pihak. Contoh yang paling mencolok adalah kisah tentang Syekh Siti Jenar dan Ki Ageng Mangir Wonoboyo. Dua kisah tersebut sangat dikenal oleh sebagian masyarakat Jawa. Yang pertama dikatakan sebagai wali yang mempunyai paham menyimpang yang dikenal dengan sebutan “Manunggaling Kawula Gusti”, sedang yang kedua adalah tokoh yang dikenal karena perseteruannya dengan Panembahan Senopati, Raja Mataram.
Dalam perkembangannya, cerita tentang Syekh Siti Jenar yang dikatakan sebagai wali yang menyimpang mendapat perhatian yang cukup serius. Secara logika, meskipun cerita-cerita tentang wali banyak dihiasi keajaiban serta karomah-karomah, akan tetapi ketika manusia yang tercipta dari seekor cacing, kemudian mati dengan wujud seekor anjing, sungguh tidak masuk diakal. Semakin janggal ketika mayoritas wali yang ada di Jawa merupakan Ahlul Bait, membunuh seorang Ahlul Bait lainnya. Kemungkinan yang terjadi adalah, peranan penjajah kolonial Belanda sangat besar. Konsep-konsep pembagian strata dalam agama Islam, yang dibuat seperti tingkatan-tingkatan dalam agama Hindu juga merupakan usaha untuk memecah belah masyarakat. Priyayi, Santri, serta Abangan, yang populer di kalangan masyarakat tidak lebih merupakan usaha adu domba.
Kemudian, legenda tentang Ki Ageng Mangir, yang berselisih dengan Panembahan Senopati, serta kuburannya yang terpisah, separuh di dalam separuh di luar kompleks makam sangat populer di kalangan masyarakat, khususnya masyarakat Yogyakarta. Satu yang mungkin belum diketahui oleh masyarakat adalah, bahwa Desa Mangir adalah daerah perdikan, yang bebas dari campur tangan pihak yang berkuasa. Desa Mangir adalah sebuah desa yang terletak di pinggir pertemuan dua sungai, Progo dan Bedog, di sebelah utara barat kota Yogyakarta. Desa tersebut merupakan daerah tua yang pertama kali dipimpin oleh Raden Alembu Amisani, atau Raden Megatsari, atau Ki Ageng Mangir I, salah seorang putra Brawijaya yang ke-43 dari 117 bersaudara (Babad Tanah Jawi). Kemudian keturunan kedua bergelar Ki Ageng Mangir II, atau Ki Ageng Wanabaya I, sampai yang paling terkenal Ki Ageng Mangir IV, atau Ki Ageng Wanabaya III.
Sebagai daerah perdikan, tentu saja terdapat penolakan ketika tiba-tiba utusan dari suatu pihak yang berkuasa meminta untuk patuh dan tunduk. Sebagai pemimpin, Ki Ageng Wanabaya III mempunyai pendirian yang teguh. Ia juga mematuhi leluhurnya yang telah mewariskan daerah itu kepadanya. Hal itulah yang menyebabkan timbulnya pengertian membangkang, sampai akhirnya Panembahan Senopati memperoleh cara untuk menaklukkannya, yaitu dengan menikahkan putrinya dengan Ki Ageng Wanabaya III.
Cerita mengenai saat-saat boyongan dari Mangir ke Mataram merupakan sebuah kisah yang dramatis, hanya sayang tidak banyak masyarakat yang mengetahuinya. Kisah ini dapat dibaca dalam Babad Mangir. Dalam adegan ini pulalah kata BANTUL berasal, karena banyaknya EMBAN yang membawa uba rampe serta srah-srahan dengan cara dipikul yang MENTUL-MENTUL. Itulah asal dari kata BANTUL, yang kini menjadi salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, emBAN dan menTUL (Ki Ageng Mangir, Cikal Bakal Desa Tertua di Bantul, Komunitas Projotamansari Bantul, 2010) .
Jika dirunut lebih jauh lagi, Panembahan Senopati dan Ki Ageng Mangir masih bersaudara. Dalam Babad Tanah Jawi, diceritakan bahwa Prabu Brawijaya berputra 117, diantaranya Raden Bondan Kejawan, yang berputra Ki Ageng Getaspendawa, yang menurunkan Ki Ageng Sela sampai Ki Ageng Pemanahan kemudian Danang Sutawijaya (Panembahan Senopati). Sementara Ki Ageng Mangir I yang menurunkan Ki Ageng Wanabaya III, merupakan keturunan Brawijaya ke-43.
Diceritakan juga bahwa Ki Ageng Wanabaya III merupakan tokoh yang sakti, maka tidak akan semudah itu Panembahan Senopati membunuhnya dengan cara membenturkan kepalanya ke tempat duduknya. Penyanggahan bahwa terjadi pembangkangan juga muncul dari masyarakat Desa Mangir. Bahkan komunitas Projotamansari Bantul belum lama ini telah menerbitkan sebuah buku berjudul “Ki Ageng Mangir, Cikal Bakal Desa Tertua di Bantul” dengan pengantar Pak Damardjati Supadjar, dosen UGM. Dalam buku tersebut banyak penyanggahan-penyanggahan terhadap tuduhan bahwa Ki Ageng Mangir merupakan pembangkang, dengan cerita-cerita yang menyertainya.
Kenapa cerita yang indah tersebut bisa menjadi sebuah cerita pembangkangan terhadap penguasa, tentu saja campur tangan dari pihak luar yang tidak menginginkan masyarakat Mataram-Mangir guyub, karena guyub adalah sikap yang sulit dikalahkan, dan masyarakat Jawa terkenal salah satunya karena ke-guyuban-nya.
Oleh karena itu, janganlah langsung mempercayai legenda. Ambillah nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, namun jangan menelan mentah-mentah tanpa pemikiran terlebih dahulu. Memang legenda merupakan sarana yang baik untuk memperkenalkan sejarah, namun sampaikanlah secara perlahan, kemudian perlahan-lahan sampaikanlah cerita yang sebenarnya. Akhirnya, sejarah akan selalu menarik untuk dipelajari untuk menguak kabut yang menutupinya.

19 comments:

  1. heheh mah lagi ngerti aku kui ceritane

    ReplyDelete
  2. @hermawan: saling sharing, to..haha

    @sundul: mari sama2 belajar..trims tanggapannya..

    ReplyDelete
  3. http://pembayun-mangir.blogspot.com/2013/01/buku-yang-ditulis-oleh-keturunan-ki.html

    ReplyDelete
  4. @Blog Ki Ageng Mangir Pembayun
    trimakasih saya sudah mampir ke blog anda..
    salam kenal

    ReplyDelete
  5. Tulisan yang menarik, kunjungi blogku juga ya pak.bu, mas dan mbak!. Tak ada yang lebih menyedihkan dan mengharukan dari kisah Mangir pembayun, seperti juga ketika saya bersimpuh di makam Pembayun di Kebayunan Tapos Depok Jawa Barat, bersebelahan dengan makam anaknya Raden Bagus Wonoboyo dan makam Tumenggung Upashanta, kadang sebagai trah Mangir, aku merasa bahwa akhirnya mataram dan mangir bersatu mengusir penjajah Belanda di tahun 1628-29, cobalah cermati makam cucu Pembayun yang bernama Utari Sandi Jayaningsih, Penyanyi batavia yang akhirnya memenggal kepala Jaan Pieterz Soen Coen pada tanggal 20 September 1629, setelah sebelumnya membunuh Eva Ment istri JP Coen 4 hari sebelumnya, kepala JP Coen yang dipwnggal oleh Utari inilah yang dimakamkan di tangga Imogiri, Spionase mataram lagi lagi dijalankan oleh cucu Pembayun dan ki Ageng Mangir, informasi buka http://kelompok-tani.com : pahlawan kali sunter.

    ReplyDelete
  6. @Asosasi Petani Pelopor Penghijauan:
    Memang, orang Indonesia itu pemaaf, jangankan kepada sesama orang Indonesia, dalam hal ini trah Mangir dan Mataram yang masih satu darah dari Majapahit, kepada Belanda saja orang Indonesia memaafkan..

    ReplyDelete
  7. apik wis, buka en kabeh sejarahe, ben cetho welo2..
    salam :)

    ReplyDelete
  8. Setuju banget mas, menawa Ki Ageng Mangir lan Panembahan Senapati iku isi sak silsilah utawa sedulur, ning, perlu di mengerteni menawa kuwasa, bandha, lan wanita ( turangga, kukila, wanita ) nglalekake ( melik nggendong lali ) aja maneh mung Ki Ageng Mangir lagi Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hadiwijaya ratu ing Pajang Nagari kang rama angkate P. Senapati bae dilawan ngati tiwas.

    ReplyDelete
  9. Ki Ageng Mangir pancen dudu pembangkang, nanging di anggep mbangkang tumrape Mataram. Nyatane Kademangan Mangir wis ngadeg nalika Demak Bintara, terus Pajang, lagi Pedukuhan Mataram jaman Ki Ageng Pemanahan, Mangir wis dadi Kademangan.

    ReplyDelete
  10. @Mas Ryan Masanto: belum mampu saya kl bukak..hehehe

    @Mas Antonius Suparjo: maturnuwun tambahan informasinya..sungguh bisa menjadi informasi yang bagus..
    hehehe

    ReplyDelete
  11. Sdr./i Mahisa Medari, dalam kutipan di atas terdapat kalimat " Desa Mangir adalah sebuah desa ... di sebelah utara barat kota Yogyakarta". Saya mau tanya nih sebelah utara barat Yogyakarta itu apa maksudnya ? Utara lalu ke barat apakah barat laut. Padahal mestinya di baratdaya kota Yogyakaryakarta, Tepatnya di desa Sendangsari Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul. Antonius Suparjo ( maaf susah mau masuk melalui Id URL )

    ReplyDelete
  12. @Anonymous: maaf kl kalimat itu menyesatkan, karena maksud saya yang ada di utara barat adalah sungainya..maaf sekali lagi kl ada kekeliruan, tetapi makasih banyak masukannya sangat bermanfaat sbg pertimbangan tulisan2 di blog ini ke depannya, makasih sekali lagi..

    ReplyDelete
  13. waktu ane ke petilasan Ki Ageng Mangir, ternyata disana bukan candi dan makam. Disana cuma tempat "nongkrong"nya ki Ageng Mangir bersama ki Ageng Selo.

    kemarin ada teman yang sempat mediumisasi, terdapat info bahwa ki Ageng Mangir sangat mencintai istrinya. Dan paling tidak suka dengan ada yang "TOPO" atau meminta² ga penting ke beliau. Kalau minta ya sama "gusti ALLAH".
    Beliau juga sangat tidak menyukai orang² yang meminta benda "ghoib" yg sering diminta oleh pengunjung disana.
    Banyak sekali sejarah yang sudah dibelokkan, karena sejarah dibuat oleh politik pemerintahaan pada saat itu. Misalkan lokasi makam yang katanya Ki Ageng berada di dua lokasi. Dan beliau sebenarnya dipindahkan karena kondisi Jogja sedang tidak baik secara politik.
    CMIIW

    ane cuma share pengalaman spiritual yang ane dapatkan sewaktu ke petilasan Ki Ageng Mangir, semoga bisa membantu...
    Mobil Sedan Corolla

    ReplyDelete
  14. @Mas Awank: Petilasan yang mana? Yang di Pedukuhan Mangir bukan?
    pengalaman saia dan beberapa temen yang paham hal gaib, Ki Ageng Mangir yang hidup sezaman dengan Panembahan Senopati memang dikuburkan di Kotagede. Pada saat 'penyelidikan' itu, beberapa hal mengejutkan mungkin akan mampu membelokkan sejarah yang selama ini diketahui masyarakat umum.
    Sama-sama mas infonya, sangat membantu..trims..

    ReplyDelete
  15. mangir tetaplah mangir!biarlah slamanya jd misteri.jgn percaya gaib,itu akan menyesatkan anda!!ttd Trah MANGIR

    ReplyDelete
  16. sdri Eleanor Talu..maaf kalau ada perkataan saya yang menyinggung perasaan..

    ReplyDelete
  17. ANGKA JITU DAN AKURAT HASIL RITUAL YANG BISA ANDA MENANGKAN HARI INI HUB NO =085=213=703=488 KY JOKO DENGAN KEMANPUAN SUPRANATURAL YANG DIMILIKINYA BISA MENEMBUS ALAM GHOIB DAN AKAN MEMBERIKAN KEMENANGAN ANDA HARI INI KARNA BELIAU AKAN SELALU MEMBANTU ANDA DENGAN ANGKA RITUALNYA YANG DI JAMIN 100% TEMBUS DAN MEMANTAU ANDA SELAMA PEMASANGAN ANGKA (SGP/HKG/MALAYSIA/ )SAMPAI AKHIR PUTARAN ANGKA TOGEL SELESAI DI PUTAR,

    Anda cukup mendaftar dengan biaya 100 ribu
    Contoh format nama dan kirim pulsa 100 ribu ke nomor 0852-1370-3488 sebagai biaya ritual untuk di belikan peralatan sesajen seperti :
    KEMBANG,KEMENYANG,PISANG DAN TELUR AYAM KAMPUNG. Setelah biaya di kirim maka KY JOKO akan membantu anda dengan ritual ghoib. Biaya yang anda keluarkan tidak sebanding dengan angka hasil ritual yang di berikan kepada anda semua.tapi ingat setelah tembus sisihkan sedikit buat yang memerlukan biar berkah. DAPATKAN SEKARANG JUGA ANGKA TEMBUS KY JOKO Call / Sms 0852-1370-3488

    . GHOIB: singapur 2D/3D/4D/

    angka GHOIB: hongkong 2D/3D/4D/

    angka GHOIB; malaysia 4D/6D/8D/

    angka GHOIB; toto magnum 4D/5D/6D/

    angka GHOIB; laos 4D/6D/8D

    angka GHOIB; thailan

    angka GHOIB; macau

    ReplyDelete
  18. Sejarah budaya..trimakasih sudah membagikanya kepada yg belum tahu akan budaya kita.....

    ReplyDelete

 

Copyright © nglengkong Design by O Pregador | Blogger Theme by Blogger Template de luxo | Powered by Blogger