Friday, May 20, 2011

Mengenai Priyayi, Santri, dan Abangan

Bagi masyarakat Jawa, tiga hal di atas (mungkin) terdengar akrab. Tiga hal itu mungkin menyebabkan Islam di Jawa menjadi sedikit berbeda dengan Islam di daerah lain. Dengan masa peralihan dari era Hindu-Budha ke era Islam, tentunya berbagai hal yang dulu pernah akrab dengan masyarakat sedikit demi sedikit mulai ditata, oleh Dewan Wali sebagai ujung tombak. Hasilnya Islam mencapai kemajuan yang pesat. Dengan pusat penyebaran di Demak, para Wali menyebar ke seluruh penjuru tanah Jawa untuk meyebarkan Islam.
Snouck Hungronje, seorang pendeta Kristen yang mengetahui seluk beluk agama Islam dengan detail menyebut bahwa Islam di Indonesia (Jawa) terbagi atas tiga jenis: (1) Islam birokrat (2) Islam tradisional, dan (3) Islam murni. Apakah tiga macam Islam yang dikemukakan oleh Hungronje tersebut sama dengan pembagian Priyayi, Santri, dan Abangan?
Nata (2001: 182) dalam bukunya menyatakan bahwa Islam priyayi adalah paham ke-Islam-an yang dianut oleh para aristokrat. Sedangkan Islam santri adalah mereka yang benar-benar menjalankan agama dengan taat (sembahyang). Mengenai abangan, konon berasal dari pengikut ajaran Syekh Siti Jenar atau Syekh Lemah Abang. Dari kata “abang” itulah muncul kata Abangan. Islam jenis ini menurut Nata (2001: 181) adalah mereka yang kurang begitu paham dengan Islam, dan masih terpesona dengan upacara-upacara. Mayoritas golongan ini tinggal di pedesaan.
Akan tetapi apakah penggolongan itu benar-benar dari umat Islam sendiri, atau hanya upaya untuk memecah belah? Seperti diungkap di atas bahwa seorang pendeta mengklasifikasikan Islam di Indonesia menjadi tiga. Islam birokrat, mempunyai kesamaan dengan Islam priyayi. Islam yang condong ke aspek budaya, mirip dengan Abangan. Sedangkan Islam murni lebih dekat dengan Islam santri. Jika menilik penjajah yang sukses dengan taktik mengadu domba, bukan tidak mungkin bahwa mereka masuk ke ranah agama, kemudian berusaha menggerogoti dari dalam. Membuat rakyat curiga kepada pemimpinnya. Membuat para santri menjadi kelompok yang esklusif.
Guyub. Itulah yang ditakuti penjajah dari masyarakat Jawa.
Referensi: Nata, Abuddin. 2001. Peta Keragaman Pemikiran Islam di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

0 comments:

Post a Comment

 

Copyright © nglengkong Design by O Pregador | Blogger Theme by Blogger Template de luxo | Powered by Blogger