Secara pribadi, saya menjadikan kisah
ini menjadi salah satu kisah terfavorit, dan tokoh utama kisah ini, Mahesa
Jenar, juga menjadi salah satu tokoh fiksi terfavorit. Mudah saja, kisah ini
terasa sangat dekat, dalam berbagai hal. Kemudian, kisah ini selalu menarik
untuk dibicarakan, terlepas dari perdebatan mengenai keyakinan beberapa
kalangan yang menganggap Mahesa Jenar adalah tokoh nyata yang benar-benar ada
di masa lalu.
Membicarakan Mahesa Jenar, tak bisa
dilepaskan dari aji-ajinya yang dinamakan Sasra Birawa. Entah kenapa, meski ada
orang lain yang juga menguasai aji-aji ini seperti tentu saja gurunya Pangeran
Handayaningrat atau Ki Ageng Pengging Sepuh, dan Kebo Kanigoro, putra tertua Ki
Ageng Pengging Sepuh, Mahesa Jenar dengan Sasra Birawa-nya terkesan lebih
familiar. Mungkin karena Mahesa Jenar ini adalah tokoh utama.
Tetapi, ada yang menarik ketika
ternyata Sasra Birawa milik Mahesa Jenar yang dahsyat tersebut belum mencapai
tingkat tertinggi. Dalam pengembaraannya, ketika Mahesa Jenar bertemu dengan
tokoh-tokoh dunia hitam golongan tua yang setingkat gurunya, secara tak sengaja
Mahesa Jenar bertemu dengan Kebo Kanigoro yang memberinya petunjuk-petunjuk
bagaimana mengembangkan aji-ajinya tersebut meski tanpa bimbingan gurunya.
Adegan ini mengingatkan pada kisah
pewayangan, ketika Karna yang ditolak menjadi murid Durna, membuat patung yang
mirip dengan Durna dan kemudian seolah-olah berlatih dengan Durna. Hasilnya,
kemampuan memanah Karna bisa mencapai tingkatan sempurna sama seperti Janaka
yang diajari langsung oleh Durna. Di dalam gua, Mahesa Jenar melihat sebuah
batu, yang di sela-sela batu terselip bunga kantil, salah satu ciri khas
gurunya, Ki Ageng Pengging Sepuh. Mahesa Jenar pun menggunakan ciri-ciri
tersebut, menyelipkan dua buah bunga kantil di atas telinganya. Di dalam gua
tersebut Mahesa Jenar berhasil mencapai kesempurnaan ilmunya, setelah
menggembleng jiwa raga baik mental dan spiritual.
Nah, jika Sasra Birawa yang belum
sempurna itu saja bisa sangat identik dengan sosok prajurit yang selalu
mengenakan pakaian hijau tersebut, maka setelah ilmunya sempurna bisa dibilang
bahwa Mahesa Jenar adalah Sasra Birawa, dan begitu pula sebaliknya.
Dalam berbagai pertarungan, Mahesa
Jenar selalu menahan diri untuk tidak menggunakan aji-ajinya ini, kecuali
berhadapan dengan musuh-musuh utamanya dari golongan hitam. Di tengah
pertarungan, musuh-musuhnya akan berkeringat dingin ketika Mahesa Jenar bersiap
dengan kuda-kuda aji-ajinya yang fenomenal; tangan kanan diangkat
tinggi-tinggi, tangan kiri disilangkan ke dada, kaki kiri ditekuk ke atas.
Itulah kuda-kuda aji Sasra Birawa yang sangat terkenal.
Lantas, bagaimana jika Mahesa Jenar
beraksi tanpa Sasra Birawa? Bagaimana jadinya jika aji-aji milik Mahesa Jenar bukan
Sasra Birawa, tetapi Cundhamanik, atau Lebur Sakethi, atau bahkan mungkin Rog
Rog Asem, atau Gelap Ngampar? Mari kita bayangkan, seandainya Mahesa Jenar
menggunakan aji-aji Lebur Sakethi. Dalam sebuah adegan pertarungan, “Mahesa Jenar
bersiap dengan kuda-kuda aji-ajinya, Ia merentangkan kedua tangan lebar-lebar,
mencondongkan tubuh ke depan dan menekuk kaki kanannya ke depan kemudian
menggempurkan kedua tangannya ke arah musuhnya.”
Atau, “Mahesa Jenar bersiap dengan
aji Gelap Ngamparnya yang dahsyat. Ia mulai tertawa-tawa dengan suara yang
dilambari tenaga dalam dahsyat, sehingga siapapun yang mendengar tawanya itu
akan langsung rontok seluruh isi dadanya.”
Satu kata; aneh.
Jadi singakatnya, Mahesa Jenar memang
sudah identik dengan Sasra Birawa. Dan begitu pula sebaliknya, aji Sasra Birawa
adalah Mahesa Jenar. Akan sangat aneh jika kemudian ada kisah lain menampilkan
tokoh yang bisa menggunakan aji Sasra Birawa. Namun tak begitu dengan aji-aji
yang lain, karena Rog-Rog Asem, Gelap Ngampar konon adalah aji-aji milik Raden
Rangga, putra Panembahan Senopati.
Sementara saya mendapat kesimpulan
bahwa Mahesa Jenar adalah Sasra Birawa, dan Sasra Birawa adalah Mahesa Jenar,
pertanyaan lebih menggelitik menghampiri saya, “Bagaimana jadinya Mahesa Jenar
tanpa Rara Wilis?”
SOsro birowo. .Kuda kudanya hampir mirip jurus alif dalam ilmu tenaga dalam kalimosodo..jurus alif paling ampuh..tenaga dalam tingkat apapun akan terpEntal atau tak bisa menembus jurus alif.. Karena berhubungan langsung dgn YME.. Yt=ALLAH..maap hanya mirip
ReplyDeleteJurus alif kalah sama jurus sholat 5 waktu bro
ReplyDeleteSholat 5 waktu kalo gk khusyuk ya sama aja bozzzz
Deleteyang penting percaya diri saja, ilmu yang baik dan kuat adalah kerendahan hati. semua jagoan yang baik dan berilmu sakti tidak akan sembarang mengumbar kemampuannya
ReplyDeleteSemua ajian hanya berlaku bila pemegang nya tunduk pada kelembutan budi pekerti dan berdaya guna bagi masyarakat luas.
ReplyDeleteSaya tertarik dengan ajian sasra birawa
ReplyDelete