Wednesday, October 19, 2011

Enam Ragam Bahasa Jawa

Bahasa Jawa merupakan salah satu bahasa yang mempunyai tingkat kesulitan cukup tinggi. Di kalangan remaja khususnya (di daerah yang menggunakan Bahasa Jawa), Bahasa Jawa sepertinya kurang begitu diminati, kalah pamor dengan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Terlepas dari hal tersebut, Bahasa Jawa merupakan salah satu dari sedikit bahasa di dunia yang mempunyai aksara, yaitu Aksara Jawa.
Bahasa Jawa telah berkembang sejak zaman kerajaan-kerajaan masih bergantian menguasai Nusantara ini, dan hasilnya Bahasa Jawa di daerah satu mempunyai perbedaan dengan daerah lainnya. Aksen atau logat Bahasa Jawa ini tercatat mempunyai enam dialek atau aksen atau logat yang berbeda. Keenam aksen Bahasa Jawa tersebut adalah:
1. Dialek Jawa-Sunda
Pengguna logat Bahasa Jawa aksen Jawa-Sunda berada di kawasan Jawa Tengah bagian barat laut serta sebagian Jawa Barat yang berpusat di Cirebon. Karakteristik Bahasa Jawa aksen Jawa-Sunda ini adalah bercampurnya Bahasa Jawa dan Bahasa Sunda, sehingga menyebabkan aksen Bahasa Jawa di daerah ini terdengar paling berbeda dengan aksen Bahasa Jawa yang lainnya.
2. Dialek Banyumasan
Dialek Banyumasan merupakan logat yang cukup populer karena ke-medhok-annya. Pengguna ragam Bahasa Jawa Banyumasan berada di kawasan Jawa Tengah bagian barat (sampai perbatasan dengan Jawa Barat). Bahasa Jawa Banyumasan merupakan sisa-sisa dari Bahasa Jawa kuno yang sampai saat ini masih bisa dijumpai. Bahkan menurut salah seorang pakar linguistik, Bahasa Jawa Banyumasan lebih dekat dengan Bahasa Jawa Kuno daripada Bahasa Jawa ragam Yogyakarta-Surakarta.
carakan aksara jawa3. Dialek Kedu
Pengguna dialek ini mencakup wilayah pedalaman Kedu dan Jawa Tengah sebelah barat dan sepanjang pantai selatan Jawa Tengah. Bahasa Jawa dialek Kedu mirip dengan Bahasa Jawa Banyumasan, sehingga Bahasa Jawa dialek Kedu inipun kemungkinan lebih dekat dengan Bahasa Jawa Kuno.
4. Dialek Solo-Yogya
Pengguna Bahasa Jawa dialek Solo-Yogya mencakup wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah bagian timur serta bagian tenggara, dan sedikit wilayah Jawa Timur bagian barat dan barat daya. Bahasa Jawa Solo-Yogya merupakan dialek Bahasa Jawa yang populer, dan bisa dikatakan merupakan ragam bahasa jawa baru. Peran dua Kraton, yaitu Kraton Surakarta dan Kraton Yogyakarta sangat mempengaruhi perkembangan ragam bahasa jawa ini sampai menjadi sampai seperti sekarang.
5. Dialek Semarangan
Pengguna dialek ini berada di kawasan Semarang serta sebagian daerah di pesisir pantai utara Jawa Tengah. Persebaran bahasa jawa ragam semarangan tidak begitu luas, karena wilayah di sekitarnya merupakan pengguna Dialek Kedu serta pengguna Dialek Solo-Yogya.
6. Dialek Jawa Timuran
Mencakup wilayah Jawa Timur sampai ke Blambangan. Dialek Jawa Timuran mempunyai beberapa penutur (pengguna) yang berbeda yaitu pengguna dialek Jawa Timur, pengguna wilayah Banyuwangi, penutur campuran Madura dan Jawa Timuran, serta sebagian penutur dialek Solo-Yogya.

15 comments:

  1. bagaimana dg bahasa osing di banyuwangi dan bahasa jawa di tengah kota serang, banten ?

    ReplyDelete
  2. mungkin ada beberapa ragam bahasa jawa yang belum terekam karena beberapa hal seperti minimnya pengguna bahasa itu sendiri.
    sementara keenam ragam bahasa jawa tersebut bukanlah hasil penelitian terbaru, artinya penelitian tersebut dilakukan beberapa tahun yang lalu.
    mungkin ke depannya penelitian-penelitian mengenai ragam bahasa jawa bisa lebih ditingkatkan.
    terimakasih telah berkenan mampir

    ReplyDelete
  3. lg cari bagelen dialek atau dialek-dialek yang ada di jawa tengah. bg yang tau tolong kasih tau alamat webnya.

    ReplyDelete
  4. Bahasa Jawa Serang sebenernya masih dialek bahasa Jawa tetapi sudah terpengaruh bahasa betawi dan bahasa sunda sehingga sudah berkembang menjadi bahasa yang berbeda dari bahasa jawa baku.. pengguna bahasa jawa baku kalo ke serang harus beradaptasi karena perbedaan yang cukup besar antara jawa serang dan jawa baku dan juga latar belakang kultur jawa serang yang telah berakulturasi dengan sunda-banten.. kalo ke serang siap-siaplah anda mendengar "teteh arep ning endi?" karena dalam bahasa jawa serang tidak ada kata mbak,mbakyu ato yayu...

    ReplyDelete
  5. perlu diteliti tentang penutur yang paling awal..apakah dialek jawa-serang ini digunakan oleh penduduk ASLI serang, atau awalnya merupakan pendatang dari jawa yang menetap, sehingga keturunannya menggunakan bahasa jawa-serang itu. masalahnya sejak zaman majapahit, sunda tidak masuk ke wilayah majapahit, dan secara tidak langsung itu berpengaruh pada kebudayaan, termasuk bahasa.
    penelitian lebih lanjut akan berguna.

    ReplyDelete
  6. oh iya.. saya Wong Bantennya asli.. dan karena saya sangat tertarik dengan bahasa jawa saya yang sangat berbeda dengan bahasa jawa baku.. saya melakukan penelitian untuk tugas sosiolinguistik saya.. saya membandingkan b. jawa serang (jaseng) dengan bahasa jawa dialek lain.. b. jaseng mirip dengan bahasa jawa cirebon, lumayan kemiripan dalam hal kosa kata dengan b. jawa banyumasan, berbeda jauh dengan b.jawa standar(jogya-solo)..

    Untuk sejarahnya...
    Banten yang termasuk dalam kerajaan Sunda pajajaran, direbut oleh kerajaan Demak dan Cirebon... para prajurit gabungan Demak-Cirebon kemudian mendirikan kesultanan baru yaitu Kerajaan Banten lepas dari pengaruh Demak, Cirebon maupun Pajajaran.. masuknya Orang Demak-Cirebon ke Banten membawa serta bahasanya, budayanya yaitu Jawa.. dan satu hal lagi mereka sangat berhasil mengislamkan Banten yang dulunya penganut Hindu dan Sunda Wiwitan..

    Pengguna bahasa Jawa Serang ato dialek Banten Utara ini di tuturkan di Serang, Cilegon, dan Tanggerang Barat. karena dia bagian Banten Selatan orang-orangnya berbahasa Sunda Banten.

    Yang sangat menarik buat saya adalah kalo orang Sunda Banten memanggil sodara laki-lakinya "KAKA" dan orang Jawa Banten "KAKANG". Penutur bahasa Jawa dan Sunda Banten memanggil sodara perempuannya "TETEH". Di Serang anda akan menemukan banyak panggilan untuk laki-laki yang berasal dari bahasa Jawa sangat bertolak belakang dengan perempuannya yang panggilannya sangat khas Sunda.
    Well, saya menyimpulkan bahwa terjadi yang namanya campuran dua suku itu.

    Bahasa Jawa Serang yang saya gunakan tipa hari ini sudah berakulturasi dengan sempurna (dibandingkan Cirebon dan Indramayu yang sejenis) dengan budaya Sunda sehingga kalo orang Jawa pada manggil sodara laki-lakinya Kakang ato Mas, saya akan memanggil Kakang ato Aa karena bahasa Jawa Serang secara budaya lebih cenderung ke Sunda.. walo Wong Banten sendiri kalo dtanya jawabnya orang Jawa (tapi Jawa Banten, pasti gituh)karena Mas itu tidak ada pasangannya dalam bahasa Jawa Serang...

    so.. menurut saya bahasa Jawa Serang, unik, aneh, yah begitulah berbeda dan punya ciri khas sendiri. walopun orang kalo denger saya ngmong kebanyakan bilang "orang Serang mah Sunda ga Jawa ga"

    yah.. thst;s indonesia.. berbeda-beda tapi satu jua

    ReplyDelete
  7. @teh imas:
    berarti bahasa jawa serang bisa dimasukkan dalam ragam bahasa jawa. kalau dilihat secara geografis sebenarnya sedikit mengherankan karena jarak antara jawa tengah perbatasan jawa barat cukup jauh dengan banten yang di ujung barat. tetapi mungkin karena peran kerajaan-kerajaan tersebut yang memperluaskannya. tetapi cirebon itu kalau boleh saya bilang bukan jawa bukan sunda, sama seperti banyuwangi di ujung timur, bukan jawa, bukan bali, bukan madura..
    dan saya sepakat tentang berbeda-beda tetapi satu jua..
    sukses buat tugas linguistiknya teh imas, makasih karena sudah mampir dan meninggalkan komentar..hhehehe

    ReplyDelete
  8. terus bagaimana dengan bahasa jawa dialek lampung saya rasa juga pasti ada perbedaannya

    ReplyDelete
  9. tentu saja ada perbedaannya..
    tulisan diatas saya ambil bukan dari penelitian terbaru..jadi dialek-dialek seperti jawa-serang, jawa-lampung belum sempat diteliti lebih jauh..
    bukan tidak mungkin akan ada dialek jawa-suriname..

    ReplyDelete
  10. Masih ada lagi mas/mbak, dialek khas Karisidenan Pati (Pati,Rembang,Jepara,Kudus,Blora) yang menggunakan kata "lapo" untuk kata "ngapa", "bloko" untuk kata "tok", serta akhiran -em/nem untuk ganti akhiran mu .contoh: sikilem,bukunem,ndasem,sekolahanem

    ReplyDelete
  11. terkhusu lagi di Kabupaten Pati (tempat kelahiran saya) , omongannya juga beda dengan basa jawa lainnya , salamkenal

    ReplyDelete
  12. seperti yang saya tulis diatas..bahwa penetapan enam ragam tersebut dilakukan pada kongres bahasa jawa beberapa tahun yang lalu jadi bukan kongres terbaru..hehehe..mungkin pada kongres bahasa jawa terbaru beberapa aksen sudah dimasukkan ke dalam ragam bahasa jawa..

    ReplyDelete
  13. Nuwun sewu menawi kurang tata, ragam basa Jawa ndak ingkang krama inggil, krama lugu, ngoko alus, ngoko lugu?

    Menawi andharane njenengan menika dialek...dialek kaliyan ragam mpun benten.

    ReplyDelete
  14. trimakasih kepada sdr Anonymous yang memberi koreksi..semoga rekan-rekan tidak malah menjadi bingung karena tulisan tersebut..maturnuwun sekali lagi..

    ReplyDelete
  15. Asyik nyong wong banyumasan kie. Salam dari kaum penginyongan.

    ReplyDelete

 

Copyright © nglengkong Design by O Pregador | Blogger Theme by Blogger Template de luxo | Powered by Blogger