Wednesday, December 17, 2014

Fenomena Pendekar Tongkat Emas

Dunia perfilman Indonesia makin bergairah dan bervariasi ketika sebuah film baru dengan genre yang tidak mainstream dirilis, dengan judul yang sedikit menarik perhatian; "Pendekar Tongkat Emas." Sesuai judulnya, film ini merupakan film dengan silat Indonesia sebagai sajian utamanya. Benarkah?
Jujur sayapun belum menyaksikan film ini, namun dari gambar-gambar yang banyak muncul di berbagai media khususnya internet, sepertinya film ini sedikit banyak terpengaruh film silat model Cina. Karena jika diamati (lagi-lagi dari ulasan tentang film ini yang banyak bertaburan di internet) setting film ini tidak terlalu jelas pada periode sejarah Indonesia yang mana? Tetapi mari kita berpikir positif, film ini mungkin dibuat full fiksi.

Dan sebagai full fiksi, sah-sah saja apabila sutradara ingin menciptakan dunia sendiri, tokoh sendiri yang belum pernah ada. Akan tetapi sebagai penggemar cerita silat Indonesia, saya sebenarnya ingin bahwa salah satu dari sekian banyak pembuat film asli Indonesia membuat film silat berdasarkan cerita silat yang sudah dikenal masyarakat.

Sebut saja, karya-karya Pak Singgih Hadi Mintardja yang begitu banyak, atau jika ingin menampilkan kisah silat campuran Jawa-Cina bisa mengambil karya Pak Asmaraman Ko Ping Ho. Belum lagi cerita silat karya penulis-penulis 'modern' seperti karya-karya Pak Langit Kresna Hariadi, atau serial Nagabumi-nya Pak Sena Gumira Ajidarma. Atau mungkin serial Wiro Sableng yang sudah banyak dikenal masyarakat dibuat kembali.

Namun secara pribadi, saya sendiri lebih memilih serial Nagasasra dan Sabuk Inten karya Pak SH Mintardja jika di kemudian hari ada sineas yang ingin membuat film silat (lagi). Pertama, ceritanya yang berlatar era Majapahit akhir sampai Pajang awal bisa sebagai media pembelajaran bagi generasi muda. Dengan kombinasi fiksi dan non-fiksi, hal ini akan menjadi sarana yang bagus untuk mempelajari sejarah.

Yang harus diperbaiki dari perfilman Indonesia (meskipun tidak semua) adalah mental "modal sedikit untung banyak", karena film kolosal pasti membutuhkan modal yang besar. Berbeda dengan film-film "modal sedikit" yang malah seringkali menampilkan pembohongan publik. Sebagai penikmat film, sepertinya kita harus lebih berpikir ketika menonton film-film jenis itu karena seringkali mengangkat mitos yang merugikan (seringkali) suku Jawa.

Tetapi terlepas dari itu semua, munculnya film "Pendekar Tongkat Emas" mampu mengobati kerinduan akan cerita silat yang sudah lama tidak muncul di Indonesia. Saya ingat ketika masih kecil menonton pertunjukan layar tancap, atau sorot, istilah yang kami pakai, di lapangan desa yang menampilkan film silat semacam "Walet Merah", "Si Buta dari Goa Hantu", atau "Panji Tengkorak."

Maju terus film silat Indonesia...!!

0 comments:

Post a Comment

 

Copyright © nglengkong Design by O Pregador | Blogger Theme by Blogger Template de luxo | Powered by Blogger