Saturday, April 28, 2012

Budaya Indonesia: Seperti Apa?

Rasa-rasanya tidak ada negara lain di dunia ini yang sekompleks dan selengkap Indonesia. Terdiri atas beberapa suku bangsa yang kemudian menyatu menjadi Indonesia, negara ini pantas bangga, karena tidak ada dominasi antara satu suku atas suku lain. Semuanya sama. Jika kita lihat Amerika yang sekarang misalnya, Suku Indian malah menjadi minoritas di tanahnya. Hal yang sama juga dialami oleh Suku Aborigin. Inca, Maya, malah lebih parah. Indonesia beruntung. Tidak ada dominasi satu suku, selain beberapa catatan-catatan di masa lalu. Belanda dan Jepang yang menjajah Indonesia juga tidak mampu melenyapkan suku-suku asli Indonesia, sementara Cortez dan Pizarro berhasil menyingkirkan Inca dan Maya dari tanah mereka sendiri. Sekali lagi, Indonesia patut berbangga dengan hal itu.
Terlepas dari hal-hal di atas, sebenarnya tantangan bangsa Indonesia saat ini ada pada hal-hal yang sebenarnya ringan. Beberapa tahun lalu, sebelum demam K-Pop seperti sekarang ini, masyarakat Indonesia tergila-gila dengan segala sesuatu yang berbau Amerika. Mulai dari musik sampai mode pakaian. Sementara sekitar dua tahun belakangan ini, masyarakat Indonesia khususnya kaum muda mulai tergila-gila dengan budaya Korea. Uniknya, meskipun Korea terbagi atas dua wilayah, Utara dan Selatan, hanya Korea Selatan yang mempunyai banyak penggila di Indonesia.
Namun seperti pepatah, “sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit”, hal ini akan berbahaya jika kaum muda malah lebih menyukai kebudayaan Korea (khususnya), atau kebudayaan asing (umumnya), daripada kebudayaan Indonesia. Kemudian yang menjadi pertanyaan adalah, kebudayaan Indonesia itu yang seperti apa?
Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa Indonesia terbentuk dari beberapa suku bangsa yang tersebar di wilayah Nusantara dari Sabang sampai Merauke. Lantas, apakah kemudian kebudayaan Indonesia adalah gabungan kebudayaan-kebudayaan dari suku-suku bangsa tersebut? Lain halnya dengan kebudayaan jawa, misalnya, atau kebudayaan sunda, bali, ataupun dayak. Kebudayan-kebudayaan tersebut dapat dilihat dengan jelas. Jika kata Gus Dur, kaum muda Indonesia harus mengapresiasi karya sastra Indonesia, hal itu (sastra Indonesia) sedikit lebih dapat dipahami daripada kebudayaan Indonesia. Apakah kebudayaan Indonesia itu adalah kebudayaan yang mengadopsi kesantunan Jawa, Sunda, Dayak, atau Bali, kemudian dikombinasikan dengan ketegasan dari Batak, dan dicampur lagi dengan semangat dari Sulawesi, dan juga kekuatan adaptasi yang luar biasa dari Papua? Itu baru segelintir suku, belum semuanya. Itulah Indonesia.
Mungkin sebenarnya kaum muda Indonesia merasa bingung harus bersikap seperti apa. Karena ketika mereka ingin bersikap sebagaimana sukunya, akan dianggap ketinggalan jaman, jadul, kuno, dan sebutan-sebutan yang cukup merendahkan lainnya. Sementara dengan kebudayaan Indonesia, saat ini tidak ada tokoh yang bisa dijadikan contoh dalam berperilaku “Indonesia”. Wakil rakyat bahkan telah bertingkah laku yang agaknya bukan perilaku dari wilayah Indonesia. Maka, ketika pemerintah meminta kaum muda agar tidak melupakan budaya bangsa sendiri, tampaknya mereka harus berkaca terlebih dahulu kemudian memberi contoh bagaimana berperilaku “Indonesia” agar kaum muda mempunyai figur yang bisa dicontoh.
Maka ketika kaum muda berperilaku sesuai dengan asalnya (suku aslinya), entah dari suku mana, sebenarnya pada suatu titik mereka akan bertemu dalam sebuah tempat yang di situ bersemayam kebudayaan yang benar-benar “Indonesia”, karena Indonesia terbentuk dari saripati kebudayaan-kebudayaan yang telah ada sebelumnya, dan itulah yang membentuk kebudayaan Indonesia harus seperti apa. Dan tahun ini, menurut para penghayat kepercayaan, merupakan titik balik Indonesia menuju ke arah yang lebih baik.
Bahwa sebutan-sebutan jadul, kuno, tak gaul, atau apapun yang ditujukan pada kebudayaan-kebudayaan pembentuk bangsa Indonesia, adalah tak benar. Ketika banyak orang-orang pandai yang menuntut ilmu ke luar negeri kemudian berperilaku seperti negara luar negeri tersebut, dan penggemar-penggemar kebudayaan luar negeri yang menyebutkan hal itu, tak usah dihiraukan. Indonesia adalah Indonesia, tak peduli berjuta-juta penggemar kebudayaan luar negeri ada di Indonesia, negeri ini tak akan hilang begitu saja, karena kebudayaan-kebudayaan asli Indonesia masih berdiri di garis depan, sekaligus membentuk dan melindungi Kebudayaan Indonesia.
Wilujeng wilujeng wilujeng
Kuat kuat kuat

0 comments:

Post a Comment

 

Copyright © nglengkong Design by O Pregador | Blogger Theme by Blogger Template de luxo | Powered by Blogger