Sebagai bekas jajahan beberapa negara seperti Belanda, Portugis, Inggris, dan Jepang, Indonesia banyak mendapat warisan dari beberapa negara tersebut, seperti bahasa, sistem pemerintahan, dan juga kebudayaan. Bahasa Indonesia menyerap banyak kosakata dari negara-negara tersebut. Belum lagi kebudayaan yang tertinggal di berbagai penjuru Nusantara.
Warisan-warisan di atas bisa dibilang merupakan warisan yang positif, karena menyumbangkan hal baru, yang mungkin sebelumnya belum ada. Sehingga untuk beberapa kasus, kita pantas berterimakasih pada mereka.
Meskipun begitu, seperti yang telah diketahui bahwa penjajahan selalu membawa kenangan buruk, memang benar. Belanda yang sebelumnya datang ke Indonesia hanya ingin berdagang rempah-rempah, mengubah niatnya begitu mengetahui negeri ini sangat subur. Setelah itu, semuanya telah tertulis di buku-buku sejarah anak-anak sekolah. Begitu pula dengan Jepang, yang sebelumnya mengaku sebagai saudara, akhirnya tergiur pula dengan kemakmuran negeri ini. Hasilnya bahkan lebih mengerikan dari Belanda. Agak berbeda dengan masa pemerintahan Inggris di Nusantara, dimana kondisi rakyat Indonesia kala itu membaik. Bahkan, pada masa penjajahan Inggris, berbagai hal-hal baru ditemukan, seperti penemuan Bunga Bangkai, Rafflesia Arnoldi, sesuai dengan nama penemunya, Sir Stamford Thomas Raffles. Ia juga menulis sebuah buku sebagai wujud kekagumannya pada Pulau Jawa, berjudul “The History of Java”.
Belanda sebagai penjajah terlama di negeri ini (konon mencapai 350 tahun), telah mewariskan berbagai hal ke Indonesia. Strategi-strategi licik yang sukses membungkam perlawanan pribumi mereka tunjukkan, disamping teknologi persenjataan yang lebih modern. Belanda terkenal dengan strategi adu domba dan tipu daya-nya yang sukses menggulung Pangeran Diponegoro, dalam sebuah perang yang dikenal dengan nama Perang Diponegoro atau Perang Jawa (1725-1730).
Bukan hanya rakyat yang melawan, tapi juga rakyat pada umumnya menjadi sasaran adu domba mereka. Dengan cerdik mereka mereka-reka cerita tentang perselisihan yang terjadi antara Wali Songo dan Syeh Siti Jenar. Sampai sekarang efek dari kisah tersebut masih tersisa di beberapa sudut wilayah dan di beberapa kalangan. Bukan hanya itu, Belanda, melalui kongsi dagangnya yang kejam bernama VOC telah memberikan sebuah warisan yang sangat dipahami begitu mendalam oleh sebagian besar petinggi Indonesia.
“KORUPSI”
Meskipun pada akhirnya organisasi dagang ini dibubarkan karena kasus korupsi oleh petinggi-petinggi organisasi tersebut, nampaknya korupsi saat ini masih terlalu sulit untuk dihilangkan, atau setidaknya dikurangi. Karena inilah yang sangat dikhawatirkan, ketika korupsi di negeri ini tidak bisa dihalangi lagi, negeri ini mungkin akan dibubarkan oleh Tuhan. Tentunya kita tidak menginginkan hal tersebut.
Orang (sengaja saya tidak menggunakan kata ‘manusia’), diciptakan bersamanya nafsu. Dengan nafsu orang bisa menjadi mulia, atau menjadi lebih rendah daripada binatang. Di sinilah uniknya penduduk Nusantara. Mereka (semoga termasuk kita) mempunyai pemikiran dalam yang tidak hanya menggunakan akal, tetapi juga hati nurani dan rasa. Dimana letak hati nurani? Apakah rasa itu sama dengan rasa marah, senang, benci, asin, manis, dan rasa-rasa yang tertangkap indra? Sulit dijelaskan, namun bisa dirasakan…
Akhirnya, kita hanya bisa berharap bahwa warisan penjajah tersebut tidak diwariskan lebih jauh kepada keturunan kita. Karena jika hal it uterus menerus dilakukan secara berkelanjutan, bukan tidak mungkin Tuhan akan menginstall ulang negeri ini dengan sistem yang lebih baru, yang di dalamnya tidak ada lagi virus, Trojan, malware, ataupun worm yang menjadikan sistem tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya. Dengan bersyukur, nafsu yang mendorong selalu ingin lebih dapat ditahan.
..hemm..
ReplyDelete..sepertinya simbah mahisa medari dan pak gosrok itu satu gank ya..
..og tulisannya sejenis..
(pura-pura tidak tahu)
haha, karena kita adalah mahasiswa Mahasiswa Jagat Raya...
ReplyDelete